10/29/13 - Perjuangan Massa
Headlines News :

Pemuda dan Mahasiswa Bersatulah!!

Written By Unknown on Selasa, 29 Oktober 2013 | 07.14




”Bangun Persatuan dan Solidaritas perjuangan pemuda Internasional-Lawan kebijakan neoliberal dan skema globalisasi imperialisme”
Tegakkan hak asasi dan kedaulatan rakyat-Bubarkan WTO!!

Dokumen Organisasi
Diterbitkan oleh: Departemen Pendidikan dan Propaganda
Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional (FMN)


Arus globalisasi terus menyebar dan telah mempengaruhi perkembangan Sosial,

Ekonomi, Politik dan Kebudayaan di berbagai penjuru dunia. kapitalisme monopoli Internasional (Imperialisme) sebagai fase akhir dari system kapitalisme sekarang ini, terus menyebarkan pengaruh dan memperkuat dominasinya diberbagai belahan dunia. Dengan watak dasarnya yang “Eksploitatif, Akumulatif dan Ekspansif” telah menciptakan kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, watak tersebut telah manifes dan semakin nyata ditunjukkan dari berbagai skema yang dijalankannya diberbagai Negeri. Hal tersebut terutama dalam upaya penyelematan diri dari gelombang krisis yang dihadapinya.

Dalam usaha untuk menyelesaikan krisisnya sekarang ini, kapitalisme monopoli telah menggunakan berbagai cara yang tidak terlepas dari intensifnya penghisapan terhadap rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, seluruh instrumen dan mekanisme yang dimilikinya, kembali diintensifkan kian massif sebagai skema untuk terus melipatgandakan keuntungan diatas penderitaan rakyat. Salah satu dari seluruh skema tersebut yakni organisasi perdagangan dunia (WTO), yakni skema kerjasama perdagangan yang paling besar dan bahkan telah menjadi satu-satunya lembaga perdagangan internasional yang mengikat bagi negara-negara anggotanya.
 
Dengan kebijakan neoliberalisme yang dijalankan dibalik WTO, rakyat terus dijerat dengan berbagai bentuk liberalisasi. Rakyat diberbagai negeri ditimpakan dengan beban pajak yang terus meningkat, dilain sisi pencabutan subsidi public kian intensif, sementara itu pendapatan rakyat terus menurun. Desember 2013 mendatang, WTO telah menyiapkan diri untuk kembali melakukan konsolidasi setelah mengalami kebuntuan demi kebuntuan (deadlocks) atas sejumlah kesepakatannya disetiap putaran, khususnya Putaran Hong Kong 2008 silam. Pertemuan yang telah ditetapkan akan diselenggarakan di Bali, Indonesia secara spesifik akan membahas tentang “Agriculture, Trade facilitation dan, liberalisasi Jasa”.

Dari berbagai kebijakan dan kesepakatan yang telah ditetapkan selama ini, WTO telah membawa berbagai dampak buruk bagi rakyat disetiap sector diseluruh dunia. Demikian pula halnya dengan golongan pemuda yang sedikitpun tak terhindarkan dari musibah yang ditempakan oleh kapitalisme melalui skema perdagangan tersebut. Selain dampak yang dirasakan secara umum bersama rakyat disektor lainnya, pemuda secara khusus juga dihadapkan terutama dengan persoalan atas akses pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Dalam catatan panjang sejarah perkembangan masyarakat dunia, sejatinya pemuda telah terbukti menjadi salah satu kekuatan ampuh untuk perubahan sosial. Dengan semangat dan kehausannya atas ilmu pengetahuan yang tak pernah ada kata puas, pemuda telah membawa berbagai penemuan-penemuan dan inovasi baru untuk kemajuan umat manusia. Namun dilain sisi, dalam setiap perkembangan jaman pula, masa depan pemuda selalu dalam posisi yang kekurangan menjanjikan bagi pemuda itu sendiri. Dalam skema neoliberalisasi yang semakin Intensif, subjeknya sebagai pemuda dengan seluruh potensinya justeru telah direndahkan dan disalah gunakan.

Di mana pun di dunia ini, pemuda telah menjadi korban dari ”kerjasama-kerjasama” dan kooptasi kapitalisme selama ini. Secara khusus disektor pendidikan, melalui GATS-WTO kapitalisme monopoli telah menjalankan kebijakan pencabutan subsidi pendidikan sebagai programnya secara internasional. Akibatnya biaya pendidikan dari tahun ketahun semakin naik dan tidak terjangkau oleh rakyat. Pemerintah seluruh negeri nggota WTO telah meninggalkan tanggung jawabnya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan dapat diakses secara luas dan terbuka dengan melakukan deregulasi pendidikan yang diletakkan sebagai komoditas yang akan dijual oleh para pencatut (pemangkas), yakni intelektuil dan tenaga pendidik kaki tangan kapitalisme.

Perusahaan-perusahaan swasta juga memeras keuntungan berlipat dari sector dan pelayanan public yang seharusnya dibiayai oleh negara, seperti kesehatan, transportasi, dll. Sementara tenaga kerja diarena domestic untuk kebutuhan global masih terbatas, sehingga mandat sistem ekonomi dunia kemudian adalah memaksa migrasi dan ekspor tenaga kerja dengan komoditas utama yakni pemuda dan perempuan yang dapat dengan mudah disalahgunakan untuk perdagangan tenaga kerja dengan upah murah. Artinya bahwa, dibalik skema liberalisasi yang menjadi prinsip dasar dalam organisasi perdagangan global ini (WTO) adalah skema kebijakan neoliberalisme yang tidak berguna dan telah membawa dampak buruk yang menyakitkan bagi rakyat secara global, termasuk pemuda.

Dapat dibayangkan bahwa kebangkitan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melalui Konferensi Tingkat Menteri ke-9 nya di Bali, Indonesia pada bulan Desember mendatang, sebagai peringatan akan intensifikasi skema neoliberalnya bersama skema “perdagangan bebas” dan penindasan liberalisasi lainnya. Dengan demikian, ada tantangan besar bagi para pemuda dan mahasiswa untuk bersatu dengan sektor lain dan rakyat dari berbagai negara untuk melawan seluruh skema dan mekanisme-mekanisme baru imperialis untuk menindas seluruh bangsa di dunia.

Sejatinya kebangkitan WTO saat ini berbicara tentang keputusasaan imperialism AS untuk menjaga kepalanya yang tengah ter-apung akibat depresi besar dan krisis mematikan yang telah diciptakannya sendiri. Kebangkitan WTO kali ini adalah komitmen baru dari sistem ekonomi dunia untuk meng-kooptasi negara-negara berkembang guna mengembangkan pasar dan sekaligus menciptakan persamaan kerjasama antar kapitalis dan di antara Negara-negara pesaing kapitalis.

Namun demikian, pemuda dan seluruh rakyat tertindas didunia, bagaimanapun jua bukanlah sapi perah yang takut atas setiap penindasannya. Gerakan pemuda dalam beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan bukti kekuatan dan kemampuannya menarik kekuatan dari kemenangan-kemenangan dan keberhasilan perjuangan berbagai sektor dan bangsa didunia. Para pemuda diberbagai negeri diseluruh dunia telah melakukan pengorganisasian, diskusi-diskusi, pendidikan, konferensi-knferensi dan, serangkaian forum untuk memperdalam analisis mereka, belajar dari setiap pengalaman perjuangan masing-masing dan bersatu dalam meluncurkan kampanye untuk hak-hak demokratis mereka. Pemuda terus berduyun-duyun ke jalan untuk menuntut hak dasar mereka atas pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Di Kanada dan Chile misalnya, mahasiswa melancarkan serangan besar-besaran yang memobilisasi massa publik dalam skala luas, untuk melawan kenaikan biaya kuliah. Di Meksiko, pemuda mengorganisir aksi protes besar-besaran untuk menuntut pemenuhan atas hak-hak demokratis. Di Amerika serikat (AS), gerakan Occupy “wall street” yang didominasi oleh gerakan pemuda dan dikenal sangat fenomenal pada tahun 2011 lalu, telah dengan cepat segera menjalar menjadi Inpirasi gerakan rakyat diberbagai negeri. Pengalaman gemilang tersebut terus memicu aksi-aksi protes nasional menentang ketimpangan ekonomi, khususnya di AS sendiri.

Di seluruh Eropa, pemuda bersatu melawan langkah-langkah penghematan yang menyebabkan pengangguran besar-besaran. Di Timur Tengah, pemuda memobilisasi massa di jalan-jalan untuk menggulingkan pemerintahan diktator-nya. Di Filipina, pemuda melawan penggusuran masyarakat miskin perkotaan, pemotongan anggaran dan bahkan mengambil bentuk yang lebih tinggi dari perjuangan untuk pembebasan nasional. Di Indonesian dengan beragam konsolidasi, gerakan pemuda dan mahasiswa juga kian meluas melawan kebijakan privatisasi dan komersialisasi pendidikan, melawan repreifitas didalam lingkungan pendidikan serta ambil bagian dalam perjuangan rakyat melawan perampasan upah, tanah dan pekerjaan serta berbagai persolan sosial dan ekonomi rakyat lainnya.

Dengan demikian, kini dihadapan kita waktu tengah menantang kita untuk memperkuat persatuan dan memajukan perjuangan kita bersama, untuk membuka jalan bagi masa depan dimana terpenuhinya hak seluruh Rakyat. Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 di Bali Bulan Desmeber mendatang, berfungsi sebagai momentum yang tepat bagi para pemuda untuk menegaskan kembali komitmennya untuk memblejeti dan melawan setiap bentuk serangan neoliberal melalui gerakan protes massa dan aksi kolektif lainnya secara bergelombang demi gelombang.

Bangkitlah Kaum muda, bersatu dan berjuang Bersama!
Hidup pemuda mahasiswa!
Hidup Rakyat tertindas seluru dunia!
Jayalah Perjuangan Rakyat!
Jayalah Solidaritas Perjuangan Internasional!

Jakarta, 29 Oktober 2013
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (FMN)


L. Muh. Hasan Harry Sandy Ame
Sekretaris Jenderal

12 Next Page

Selasa, 29 Oktober 2013

Pemuda dan Mahasiswa Bersatulah!!




”Bangun Persatuan dan Solidaritas perjuangan pemuda Internasional-Lawan kebijakan neoliberal dan skema globalisasi imperialisme”
Tegakkan hak asasi dan kedaulatan rakyat-Bubarkan WTO!!

Dokumen Organisasi
Diterbitkan oleh: Departemen Pendidikan dan Propaganda
Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional (FMN)


Arus globalisasi terus menyebar dan telah mempengaruhi perkembangan Sosial,

Ekonomi, Politik dan Kebudayaan di berbagai penjuru dunia. kapitalisme monopoli Internasional (Imperialisme) sebagai fase akhir dari system kapitalisme sekarang ini, terus menyebarkan pengaruh dan memperkuat dominasinya diberbagai belahan dunia. Dengan watak dasarnya yang “Eksploitatif, Akumulatif dan Ekspansif” telah menciptakan kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, watak tersebut telah manifes dan semakin nyata ditunjukkan dari berbagai skema yang dijalankannya diberbagai Negeri. Hal tersebut terutama dalam upaya penyelematan diri dari gelombang krisis yang dihadapinya.

Dalam usaha untuk menyelesaikan krisisnya sekarang ini, kapitalisme monopoli telah menggunakan berbagai cara yang tidak terlepas dari intensifnya penghisapan terhadap rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, seluruh instrumen dan mekanisme yang dimilikinya, kembali diintensifkan kian massif sebagai skema untuk terus melipatgandakan keuntungan diatas penderitaan rakyat. Salah satu dari seluruh skema tersebut yakni organisasi perdagangan dunia (WTO), yakni skema kerjasama perdagangan yang paling besar dan bahkan telah menjadi satu-satunya lembaga perdagangan internasional yang mengikat bagi negara-negara anggotanya.
 
Dengan kebijakan neoliberalisme yang dijalankan dibalik WTO, rakyat terus dijerat dengan berbagai bentuk liberalisasi. Rakyat diberbagai negeri ditimpakan dengan beban pajak yang terus meningkat, dilain sisi pencabutan subsidi public kian intensif, sementara itu pendapatan rakyat terus menurun. Desember 2013 mendatang, WTO telah menyiapkan diri untuk kembali melakukan konsolidasi setelah mengalami kebuntuan demi kebuntuan (deadlocks) atas sejumlah kesepakatannya disetiap putaran, khususnya Putaran Hong Kong 2008 silam. Pertemuan yang telah ditetapkan akan diselenggarakan di Bali, Indonesia secara spesifik akan membahas tentang “Agriculture, Trade facilitation dan, liberalisasi Jasa”.

Dari berbagai kebijakan dan kesepakatan yang telah ditetapkan selama ini, WTO telah membawa berbagai dampak buruk bagi rakyat disetiap sector diseluruh dunia. Demikian pula halnya dengan golongan pemuda yang sedikitpun tak terhindarkan dari musibah yang ditempakan oleh kapitalisme melalui skema perdagangan tersebut. Selain dampak yang dirasakan secara umum bersama rakyat disektor lainnya, pemuda secara khusus juga dihadapkan terutama dengan persoalan atas akses pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Dalam catatan panjang sejarah perkembangan masyarakat dunia, sejatinya pemuda telah terbukti menjadi salah satu kekuatan ampuh untuk perubahan sosial. Dengan semangat dan kehausannya atas ilmu pengetahuan yang tak pernah ada kata puas, pemuda telah membawa berbagai penemuan-penemuan dan inovasi baru untuk kemajuan umat manusia. Namun dilain sisi, dalam setiap perkembangan jaman pula, masa depan pemuda selalu dalam posisi yang kekurangan menjanjikan bagi pemuda itu sendiri. Dalam skema neoliberalisasi yang semakin Intensif, subjeknya sebagai pemuda dengan seluruh potensinya justeru telah direndahkan dan disalah gunakan.

Di mana pun di dunia ini, pemuda telah menjadi korban dari ”kerjasama-kerjasama” dan kooptasi kapitalisme selama ini. Secara khusus disektor pendidikan, melalui GATS-WTO kapitalisme monopoli telah menjalankan kebijakan pencabutan subsidi pendidikan sebagai programnya secara internasional. Akibatnya biaya pendidikan dari tahun ketahun semakin naik dan tidak terjangkau oleh rakyat. Pemerintah seluruh negeri nggota WTO telah meninggalkan tanggung jawabnya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan dapat diakses secara luas dan terbuka dengan melakukan deregulasi pendidikan yang diletakkan sebagai komoditas yang akan dijual oleh para pencatut (pemangkas), yakni intelektuil dan tenaga pendidik kaki tangan kapitalisme.

Perusahaan-perusahaan swasta juga memeras keuntungan berlipat dari sector dan pelayanan public yang seharusnya dibiayai oleh negara, seperti kesehatan, transportasi, dll. Sementara tenaga kerja diarena domestic untuk kebutuhan global masih terbatas, sehingga mandat sistem ekonomi dunia kemudian adalah memaksa migrasi dan ekspor tenaga kerja dengan komoditas utama yakni pemuda dan perempuan yang dapat dengan mudah disalahgunakan untuk perdagangan tenaga kerja dengan upah murah. Artinya bahwa, dibalik skema liberalisasi yang menjadi prinsip dasar dalam organisasi perdagangan global ini (WTO) adalah skema kebijakan neoliberalisme yang tidak berguna dan telah membawa dampak buruk yang menyakitkan bagi rakyat secara global, termasuk pemuda.

Dapat dibayangkan bahwa kebangkitan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melalui Konferensi Tingkat Menteri ke-9 nya di Bali, Indonesia pada bulan Desember mendatang, sebagai peringatan akan intensifikasi skema neoliberalnya bersama skema “perdagangan bebas” dan penindasan liberalisasi lainnya. Dengan demikian, ada tantangan besar bagi para pemuda dan mahasiswa untuk bersatu dengan sektor lain dan rakyat dari berbagai negara untuk melawan seluruh skema dan mekanisme-mekanisme baru imperialis untuk menindas seluruh bangsa di dunia.

Sejatinya kebangkitan WTO saat ini berbicara tentang keputusasaan imperialism AS untuk menjaga kepalanya yang tengah ter-apung akibat depresi besar dan krisis mematikan yang telah diciptakannya sendiri. Kebangkitan WTO kali ini adalah komitmen baru dari sistem ekonomi dunia untuk meng-kooptasi negara-negara berkembang guna mengembangkan pasar dan sekaligus menciptakan persamaan kerjasama antar kapitalis dan di antara Negara-negara pesaing kapitalis.

Namun demikian, pemuda dan seluruh rakyat tertindas didunia, bagaimanapun jua bukanlah sapi perah yang takut atas setiap penindasannya. Gerakan pemuda dalam beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan bukti kekuatan dan kemampuannya menarik kekuatan dari kemenangan-kemenangan dan keberhasilan perjuangan berbagai sektor dan bangsa didunia. Para pemuda diberbagai negeri diseluruh dunia telah melakukan pengorganisasian, diskusi-diskusi, pendidikan, konferensi-knferensi dan, serangkaian forum untuk memperdalam analisis mereka, belajar dari setiap pengalaman perjuangan masing-masing dan bersatu dalam meluncurkan kampanye untuk hak-hak demokratis mereka. Pemuda terus berduyun-duyun ke jalan untuk menuntut hak dasar mereka atas pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Di Kanada dan Chile misalnya, mahasiswa melancarkan serangan besar-besaran yang memobilisasi massa publik dalam skala luas, untuk melawan kenaikan biaya kuliah. Di Meksiko, pemuda mengorganisir aksi protes besar-besaran untuk menuntut pemenuhan atas hak-hak demokratis. Di Amerika serikat (AS), gerakan Occupy “wall street” yang didominasi oleh gerakan pemuda dan dikenal sangat fenomenal pada tahun 2011 lalu, telah dengan cepat segera menjalar menjadi Inpirasi gerakan rakyat diberbagai negeri. Pengalaman gemilang tersebut terus memicu aksi-aksi protes nasional menentang ketimpangan ekonomi, khususnya di AS sendiri.

Di seluruh Eropa, pemuda bersatu melawan langkah-langkah penghematan yang menyebabkan pengangguran besar-besaran. Di Timur Tengah, pemuda memobilisasi massa di jalan-jalan untuk menggulingkan pemerintahan diktator-nya. Di Filipina, pemuda melawan penggusuran masyarakat miskin perkotaan, pemotongan anggaran dan bahkan mengambil bentuk yang lebih tinggi dari perjuangan untuk pembebasan nasional. Di Indonesian dengan beragam konsolidasi, gerakan pemuda dan mahasiswa juga kian meluas melawan kebijakan privatisasi dan komersialisasi pendidikan, melawan repreifitas didalam lingkungan pendidikan serta ambil bagian dalam perjuangan rakyat melawan perampasan upah, tanah dan pekerjaan serta berbagai persolan sosial dan ekonomi rakyat lainnya.

Dengan demikian, kini dihadapan kita waktu tengah menantang kita untuk memperkuat persatuan dan memajukan perjuangan kita bersama, untuk membuka jalan bagi masa depan dimana terpenuhinya hak seluruh Rakyat. Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 di Bali Bulan Desmeber mendatang, berfungsi sebagai momentum yang tepat bagi para pemuda untuk menegaskan kembali komitmennya untuk memblejeti dan melawan setiap bentuk serangan neoliberal melalui gerakan protes massa dan aksi kolektif lainnya secara bergelombang demi gelombang.

Bangkitlah Kaum muda, bersatu dan berjuang Bersama!
Hidup pemuda mahasiswa!
Hidup Rakyat tertindas seluru dunia!
Jayalah Perjuangan Rakyat!
Jayalah Solidaritas Perjuangan Internasional!

Jakarta, 29 Oktober 2013
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (FMN)


L. Muh. Hasan Harry Sandy Ame
Sekretaris Jenderal

Diberdayakan oleh Blogger.

Label 1

Label 2

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perjuangan Massa - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger