Oktober 2013 - Perjuangan Massa
Headlines News :

Pemuda dan Mahasiswa Bersatulah!!

Written By Unknown on Selasa, 29 Oktober 2013 | 07.14




”Bangun Persatuan dan Solidaritas perjuangan pemuda Internasional-Lawan kebijakan neoliberal dan skema globalisasi imperialisme”
Tegakkan hak asasi dan kedaulatan rakyat-Bubarkan WTO!!

Dokumen Organisasi
Diterbitkan oleh: Departemen Pendidikan dan Propaganda
Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional (FMN)


Arus globalisasi terus menyebar dan telah mempengaruhi perkembangan Sosial,

Ekonomi, Politik dan Kebudayaan di berbagai penjuru dunia. kapitalisme monopoli Internasional (Imperialisme) sebagai fase akhir dari system kapitalisme sekarang ini, terus menyebarkan pengaruh dan memperkuat dominasinya diberbagai belahan dunia. Dengan watak dasarnya yang “Eksploitatif, Akumulatif dan Ekspansif” telah menciptakan kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, watak tersebut telah manifes dan semakin nyata ditunjukkan dari berbagai skema yang dijalankannya diberbagai Negeri. Hal tersebut terutama dalam upaya penyelematan diri dari gelombang krisis yang dihadapinya.

Dalam usaha untuk menyelesaikan krisisnya sekarang ini, kapitalisme monopoli telah menggunakan berbagai cara yang tidak terlepas dari intensifnya penghisapan terhadap rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, seluruh instrumen dan mekanisme yang dimilikinya, kembali diintensifkan kian massif sebagai skema untuk terus melipatgandakan keuntungan diatas penderitaan rakyat. Salah satu dari seluruh skema tersebut yakni organisasi perdagangan dunia (WTO), yakni skema kerjasama perdagangan yang paling besar dan bahkan telah menjadi satu-satunya lembaga perdagangan internasional yang mengikat bagi negara-negara anggotanya.
 
Dengan kebijakan neoliberalisme yang dijalankan dibalik WTO, rakyat terus dijerat dengan berbagai bentuk liberalisasi. Rakyat diberbagai negeri ditimpakan dengan beban pajak yang terus meningkat, dilain sisi pencabutan subsidi public kian intensif, sementara itu pendapatan rakyat terus menurun. Desember 2013 mendatang, WTO telah menyiapkan diri untuk kembali melakukan konsolidasi setelah mengalami kebuntuan demi kebuntuan (deadlocks) atas sejumlah kesepakatannya disetiap putaran, khususnya Putaran Hong Kong 2008 silam. Pertemuan yang telah ditetapkan akan diselenggarakan di Bali, Indonesia secara spesifik akan membahas tentang “Agriculture, Trade facilitation dan, liberalisasi Jasa”.

Dari berbagai kebijakan dan kesepakatan yang telah ditetapkan selama ini, WTO telah membawa berbagai dampak buruk bagi rakyat disetiap sector diseluruh dunia. Demikian pula halnya dengan golongan pemuda yang sedikitpun tak terhindarkan dari musibah yang ditempakan oleh kapitalisme melalui skema perdagangan tersebut. Selain dampak yang dirasakan secara umum bersama rakyat disektor lainnya, pemuda secara khusus juga dihadapkan terutama dengan persoalan atas akses pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Dalam catatan panjang sejarah perkembangan masyarakat dunia, sejatinya pemuda telah terbukti menjadi salah satu kekuatan ampuh untuk perubahan sosial. Dengan semangat dan kehausannya atas ilmu pengetahuan yang tak pernah ada kata puas, pemuda telah membawa berbagai penemuan-penemuan dan inovasi baru untuk kemajuan umat manusia. Namun dilain sisi, dalam setiap perkembangan jaman pula, masa depan pemuda selalu dalam posisi yang kekurangan menjanjikan bagi pemuda itu sendiri. Dalam skema neoliberalisasi yang semakin Intensif, subjeknya sebagai pemuda dengan seluruh potensinya justeru telah direndahkan dan disalah gunakan.

Di mana pun di dunia ini, pemuda telah menjadi korban dari ”kerjasama-kerjasama” dan kooptasi kapitalisme selama ini. Secara khusus disektor pendidikan, melalui GATS-WTO kapitalisme monopoli telah menjalankan kebijakan pencabutan subsidi pendidikan sebagai programnya secara internasional. Akibatnya biaya pendidikan dari tahun ketahun semakin naik dan tidak terjangkau oleh rakyat. Pemerintah seluruh negeri nggota WTO telah meninggalkan tanggung jawabnya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan dapat diakses secara luas dan terbuka dengan melakukan deregulasi pendidikan yang diletakkan sebagai komoditas yang akan dijual oleh para pencatut (pemangkas), yakni intelektuil dan tenaga pendidik kaki tangan kapitalisme.

Perusahaan-perusahaan swasta juga memeras keuntungan berlipat dari sector dan pelayanan public yang seharusnya dibiayai oleh negara, seperti kesehatan, transportasi, dll. Sementara tenaga kerja diarena domestic untuk kebutuhan global masih terbatas, sehingga mandat sistem ekonomi dunia kemudian adalah memaksa migrasi dan ekspor tenaga kerja dengan komoditas utama yakni pemuda dan perempuan yang dapat dengan mudah disalahgunakan untuk perdagangan tenaga kerja dengan upah murah. Artinya bahwa, dibalik skema liberalisasi yang menjadi prinsip dasar dalam organisasi perdagangan global ini (WTO) adalah skema kebijakan neoliberalisme yang tidak berguna dan telah membawa dampak buruk yang menyakitkan bagi rakyat secara global, termasuk pemuda.

Dapat dibayangkan bahwa kebangkitan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melalui Konferensi Tingkat Menteri ke-9 nya di Bali, Indonesia pada bulan Desember mendatang, sebagai peringatan akan intensifikasi skema neoliberalnya bersama skema “perdagangan bebas” dan penindasan liberalisasi lainnya. Dengan demikian, ada tantangan besar bagi para pemuda dan mahasiswa untuk bersatu dengan sektor lain dan rakyat dari berbagai negara untuk melawan seluruh skema dan mekanisme-mekanisme baru imperialis untuk menindas seluruh bangsa di dunia.

Sejatinya kebangkitan WTO saat ini berbicara tentang keputusasaan imperialism AS untuk menjaga kepalanya yang tengah ter-apung akibat depresi besar dan krisis mematikan yang telah diciptakannya sendiri. Kebangkitan WTO kali ini adalah komitmen baru dari sistem ekonomi dunia untuk meng-kooptasi negara-negara berkembang guna mengembangkan pasar dan sekaligus menciptakan persamaan kerjasama antar kapitalis dan di antara Negara-negara pesaing kapitalis.

Namun demikian, pemuda dan seluruh rakyat tertindas didunia, bagaimanapun jua bukanlah sapi perah yang takut atas setiap penindasannya. Gerakan pemuda dalam beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan bukti kekuatan dan kemampuannya menarik kekuatan dari kemenangan-kemenangan dan keberhasilan perjuangan berbagai sektor dan bangsa didunia. Para pemuda diberbagai negeri diseluruh dunia telah melakukan pengorganisasian, diskusi-diskusi, pendidikan, konferensi-knferensi dan, serangkaian forum untuk memperdalam analisis mereka, belajar dari setiap pengalaman perjuangan masing-masing dan bersatu dalam meluncurkan kampanye untuk hak-hak demokratis mereka. Pemuda terus berduyun-duyun ke jalan untuk menuntut hak dasar mereka atas pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Di Kanada dan Chile misalnya, mahasiswa melancarkan serangan besar-besaran yang memobilisasi massa publik dalam skala luas, untuk melawan kenaikan biaya kuliah. Di Meksiko, pemuda mengorganisir aksi protes besar-besaran untuk menuntut pemenuhan atas hak-hak demokratis. Di Amerika serikat (AS), gerakan Occupy “wall street” yang didominasi oleh gerakan pemuda dan dikenal sangat fenomenal pada tahun 2011 lalu, telah dengan cepat segera menjalar menjadi Inpirasi gerakan rakyat diberbagai negeri. Pengalaman gemilang tersebut terus memicu aksi-aksi protes nasional menentang ketimpangan ekonomi, khususnya di AS sendiri.

Di seluruh Eropa, pemuda bersatu melawan langkah-langkah penghematan yang menyebabkan pengangguran besar-besaran. Di Timur Tengah, pemuda memobilisasi massa di jalan-jalan untuk menggulingkan pemerintahan diktator-nya. Di Filipina, pemuda melawan penggusuran masyarakat miskin perkotaan, pemotongan anggaran dan bahkan mengambil bentuk yang lebih tinggi dari perjuangan untuk pembebasan nasional. Di Indonesian dengan beragam konsolidasi, gerakan pemuda dan mahasiswa juga kian meluas melawan kebijakan privatisasi dan komersialisasi pendidikan, melawan repreifitas didalam lingkungan pendidikan serta ambil bagian dalam perjuangan rakyat melawan perampasan upah, tanah dan pekerjaan serta berbagai persolan sosial dan ekonomi rakyat lainnya.

Dengan demikian, kini dihadapan kita waktu tengah menantang kita untuk memperkuat persatuan dan memajukan perjuangan kita bersama, untuk membuka jalan bagi masa depan dimana terpenuhinya hak seluruh Rakyat. Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 di Bali Bulan Desmeber mendatang, berfungsi sebagai momentum yang tepat bagi para pemuda untuk menegaskan kembali komitmennya untuk memblejeti dan melawan setiap bentuk serangan neoliberal melalui gerakan protes massa dan aksi kolektif lainnya secara bergelombang demi gelombang.

Bangkitlah Kaum muda, bersatu dan berjuang Bersama!
Hidup pemuda mahasiswa!
Hidup Rakyat tertindas seluru dunia!
Jayalah Perjuangan Rakyat!
Jayalah Solidaritas Perjuangan Internasional!

Jakarta, 29 Oktober 2013
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (FMN)


L. Muh. Hasan Harry Sandy Ame
Sekretaris Jenderal

Kampanye hari ketiadaan pangan

Written By Unknown on Senin, 21 Oktober 2013 | 12.44

“LAWAN MONOPOLI DAN HENTIKAN PERAMPASAN TANAH – WUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN DENGAN LAND REFORM SEJATI”

Kerawanan pangan dunia telah dalam titik yang sangat menghawatirkan, tahun 2012 PBB melaporkan sekitar lima belas persen (15%) penduduk negara-negara miskin atau sekitar 850 juta mengalami kelaparan dan 15 juta penduduk di negeri maju mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk di ikuti dengan data sekitar 2,5 juta nakak-anak meninggal dalam setiap tahunnya akibat kelaparan dan gizi buruk.

Ironisnya, Fenomena kelaparan dan kerawanan pangan justeru di lihat sebagai peluang bisnis yang menggiurkan oleh para pembisnis yang monopoli pangan dunia untuk mengeruk keuntungan. Dalih menjaga keamanan pangan (food scurity) mereka membangun perkebunan pangan raksasa seperti proyek MEEFE (Merauke Entegraide Energi food estate) di Merauke, Papua. Sejak tuhun 2008 dimana krisis pangan mulai melanda dunia dan meningkatnya data statistik kelaparan tetapi disisi lain keuntungan perusahaan yang memonopoli pangan mengalami peningkatan margin keuntungan yang fantastis, tanpa malu-malu dan merasa berdosa mereka merilis peningkatan keuntungan bersih hingga 300%.

Pesticide Action Network (PAN), merilis saat ini ada enam perusahan pangan dunia - Monsanto, Bayer, Syngenta, Dow, DuPont, dan BASF - memonopoli benih dunia, pestisida dan industri bioteknologi, sehingga enam perusahan mengendalikan nasib makanan dan pertanian dunia. Akibatnya, petani kecil kehilangan kontrol mereka atas input pertanian, harga produk pertanian dan keuntungan dari perdagangan produk pertanian, hinga meengalami peningkatan perampasan tanah.

Untuk terus memastikan kontrol pangan dunia, melalui perusahaan raksasa miliknya, mereka semakan mengintensifkan melalui kebijakan neo-liberal dan dipaksakan keseluruh negeri, mereka memaksa negeri seperti Indonesia untuk menjalankan kebijakan liberalisasi perdagangan, investasi dan keuangan. Melalui bank dunia, mereka juga mempromosikan penyelsaian konflik akibat kebijakannya, dengan ilusi win-win solution dalam penyelesaian tanah secara global, mereka juga menyiapkan lembaga penyelesaian konflik lainnya seperti RSPO dimana lebaga ini merupakan ilusi bagi rakyat yang dibangun oleh mereka dan hanya ditujukan pencegahan atas semakin radikalnya perlawanan rakyat akibat kebijakan yang ditimbulkan.

Pertemuan APEC dibulan ini dan pertemuan WTO di bulan Desember mendatang, merupakan instrumen yang digunakan oleh kapital monopoli untuk memastikan dominasinya melalui berbagai perjanjian yang menguntungkan pihaknya.
                                                                                                
Harga Pangan Melonjak, Penghidupan Rakyat Makin Merosot
Belum lama ini harga pangan telah menembus angka yang sangat fantastis hingga mayoritas rakyat Indonesia harus mengurangi konsumsinya bahkan pada tingkat tidak sanggup untuk membeli beberapa jenis kebutuhan tertentu. Bagaimana tidak harga daging mencapai Rp.100.000-120.000/Kg, bahkan di bandung harga tembus Rp. 150.000/Kg pada tanggal 15 Juli 2013. Harga telor naik menjadi Rp. 25.000/Kg, daging ayam Rp. 34.000/Kg, harga bawang merah Rp. 63.000/Kg, cabe rawit Rp. 80.000 bahkan di daerah Sangat Kalimantan pernah mencapai Rp. 150.00/Kg, cabe kreting Rp. 70.000/Kg, harga beras juga mengalami kenaikan dari Rp. 9.100 menjadi Rp. 10.500/Kg kwalitas sedang atau medium10. Dan tentu harga dilapangan bisa melebihi data yang ada terlebih di pedesaan, tetapi tingginya harga pangan dipasaran sama sekali tidak memiliki hubungan dengan harga jual panen petani, petani tetap tidak menikmati kenaikan harga pangan, harga cabe rawit Rp. 20.000, cabe kriting Rp. 30.000.

Pernyataan pemerintah melalui menteri perdagangan Gita wiryawan, bahwa kenaikan harga pangan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, dampak kenaikan harga BBM dan naiknya biaya transportasi. Pernyataan ini bertolak belakang dengan pernyataan Hata Rajasa ketika mengumumkan kenaikan BBM bulan mei yang lalu, dimana pemerintah menjamin kenaikan harga BBM tidak akan mempengaruhi kenaikan harga-harga secara signifikan, pemerintah juga menjamin pasokan pangan mencukupi hingga akhir tahun ini.

Faktor kedua adalah karena adanya peningkatan permintaan pangan, ketiga pasokan pangan yang kurang, faktor lain adalah adanya espektasi/harapan pedagang yang ingin mendapatkan keuntungan lebih, selain itu pemerintah juga menyebutkan adanya kartel serta spekulan yang bermain di balik tingginya harga komoditas pangan. Untuk mengatasi problem kenaikan harga pangan tersebut pemerintah menetapkan beberapa kebijakan terutama : operasi pasar untuk menstabilkan harga, kebijakan fiskal untuk eksport dan import pangan serta mempercepat dan menambah kuota impor pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Melihat dari fenomena kenaikan harga pangan, terlihat jelas bagaimana lemahnya kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga pangan bagi rakyat. Hal ini seperti mengulang berbagai langkah pemerintah yang kemudian terbukti gagal, seperti saat kenaikan dan kelangkaan daging sapi sebelum kenaikan BBM yang kemudian di sikapi dengan cara menambah kuota dan mempercepat import daging sapi. Akan tetapi harga daging sapi tidak pernah kembali turun ke harga normal. Bahkan saat ini pedagang daging masih mengandalkan pasokan daging lokal di bandingkan import. Fakta ini menunjukan bagaimana langkah pemerintah untuk mengontrol harga pada hakikatnya tidak akan bisa menyelesaikan masalah tingginya harga pangan.

Penyebab tingginya harga pangan
Secara pokok penyebab utama dari kenaikan harga komoditas pangan adalah akibat terjadinya monopoli terhadap alat produksi pertanian, sarana produksi pertanian dan produk pertanian, serta pasar. Monopoli alat produksi (tanah) oleh para tuan tanah, baik secara langsung oleh imperialisme, Tuan tanah besaar komperador, maupuan negara telah menjadikan para tuan tanah ini menjadi pemegang kontrol atas pertanian hinga garha produk pertaniannya.

Monopoli produk pertanian dilakukan oleh perusahaan besar milik kapital monopoli dunia seperti mosanto, cargil, mulai dari bibit, pupuk, obat dll. Karena monopolinya misal mosanto dalam pertengahan tahun 2013 ini mengalami peningkatan keuntungan hinga 30% dari tahun 2012. Selain melakukan monopoli sarana produksi pertanian, para perusahaan besar dunia juga melakukan monopoli atas hasil produksi pertanian. komoditas pangan telah begitu menggiurkan kapitalis monopoli, sehingga mereka sangat bernapsu untuk terus mengembangkan modal dan investasinya di bidang komoditas pangan, mulai dari pengembangan pertanian skala besar hingga produksi bahan pangan dan pangan olahan (produk derivasi) yang mampu menghasilkan keuntungan berlipat ganda. Akibatnya tentu bisa dibayangkan, bagaimana jika kebutuhan sosial seperti pangan kemudian di kuasai oleh segelintir pihak, maka tentu mereka akan memiliki kemampuan untuk mengatur dan menetapkan harga dengan mudah sesuai dengan mekanisme yang diinginkan. Untuk terus memastikan keuntungannya maka mereka juga membutuhkan pasar. Untuk memastikan pasar dan untuk menguasai pasar mereka memaksa seluruh negara untuk membuka kran sebebas-bebasnya bagi produk yang dimonopolinya.

Liberalisasi perdagangan melalui WTO
WTO (World Trade Organization) adalah lembaga perdagangan dunia terbesar yang ada, WTO beranggotakan 124 negara termasuk Indonesia. WTO dibentuk pada tahun 1995 yang digunakan oleh imperialisme untuk memaksa negara-negara berkembang (jajahan-setengah jajahan) membuka pasarnya, menyediakan tenagakerja murah serta mendapatkan sumber daya alam untuk mengeruk keuntungan, perkembangan saat ini WTO digunakan sebagai salah satu skema penyelamatan dampak krisis dari sistem kapital monopoli.Dengan demikian WTO bukanlah satu-satunya alat bagi Imperialisme untuk mendominasi masalah perdagangan dunia, skema yang sama juga dibuat oleh AS dan negeri kapital monopoli lainnya melalui kerjasama bilateral seperti US Indo komperhenshif, multilateral seperti APEC, ASEAN, EAS comunity, WTO, G20, dll dan plulilateral seperti TPP (trans Pasific Partnership).

WTO akan mengelar pertemuan untuk menyepakati agenda-agenda perdagangan dunia pada bulan Desember mendatang di Bali. Sedangkan APEC akan digelar di bulan Oktober di tempat yang sama.Dalam agenada pembasan WTO di Bali nanti bulan Desember menunjukan betapa agresifnya AS dan negeri-negeri kapital monopoli/Imperialisme, setidaknya akan ada tiga pembahasan utama atau yang terkenal dengan agena “ Bali package” yang isinya pembahasan menganai Agricultur. Yang kedua LDC Issues (Least Developed Countries, dan ketiga Tentang Trade Fasilitation (fasilitas perdagangan).

Agenda pertemuan WTO di Bali memiliki kedudukan yang sangat pentng bagi Imperialisme, untuk melegitimasi seluruh perjanjian perdagangan dan membangun rezim perdagangan multirateral. dari tiga agenda pembahasan di Bali mendatang, yang dikenal dengan “Bali Package” Agrikultur merupakan bahasan yang tidak terlalu di kehendaki oleh negeri Imperialis seperti AS, proposal ini diajukan oleh negara berkembang yang dikenal dengan G33 dan Indonesia masuk didalamnya. Selin tidak menarik bagi AS karena tidak yang menjadi kepentingannya, dalam perjanjian WTO yang sudah ada bahwa subsidi telah ada peraturan pembatasan tidak boleh melebihi 10% dari seluruh biaya produksi pertanian, dan ini menghambat bagi pasar menurut AS, tetapi liciknya hingga saat negeri Imperialis tetap memberikan subsidi bagi pertaniannya sebesar eropa 110.3milyardolar dan di AS 48.3 milyar dolar.

Begitu juga proposal tentang LDC, proposal ini diajukan oleh negara-negara yang kategorinya sangat terbelakang, meraka mengajukan dihilangkanya batasan kuota dalam perdagangan, pembebasan biaya ekspor, adanya pengurangan subsidi petani kapas di amerika, mereka menuntut pelayanan yang lebih baik ketika melakukan ekspor.

Yang ketiga soal Trade Fasilitation merupakan agenda yang sangat penting bagi Imperialisme, mereka berkeinginan bahwa pasar tidak ada sama sekali hambatan dan distribusi barang biar lebih cepat, sederhana, efektif dan terkontrol, maka negara imperialis meminta agar seluruh negara malakukan perbaikan sistem dalam perbatasan, seperti pelabuhan, bandara dan lain sebagainya selain itu mereka juga menuntut adanya komputerisasi, dalam proses beacukai, hal ini ditujukan untuk mempercepat arus barang.

Dari seluruh agenda, yang akan dibahas bisa dipastikan agenda dari imperialisme yang akan tetap mendominasi, sebab negara berkembang dan terbelakang dibawah tekanan jika menolak dari kehendak impe maka, bantuan dan hutang menjadi ancaman untuk dihentikan, ini kedudukan WTO sebagai skema yang dimiki oleh Imperilaisme.

WTO dan kepentingan rakyat Indonesia
WTO merupakan skema negeri imperialis untuk mendominasi pasar dunia, dalam sektor pertanian AS berkepentingan untuk memonopoli seluruh sarana produksi pertanian, pasar dan termasuk alat produksi (tanah). Dengan demikian, skema dalam WTO sangat mengancam bagi kelangsungan dan masa depan kaum tani di Indonesia, skema ini akan semakin memassifkan perampasan tanah, semakin mahalnya biaya produksi dan semakin hancurnya harga produk pertanian di dalam negeri akibat dari liberalisasi produk pertanian. WTO juga akan mengancam tentang kedaulatan pangan di Indonesia. Karenanya skema imperialisme melalui WTO dan seluruh skema lainnya haruslah dihadang dan dilawan oleh rakyat Indonesia.

Sebab agenda Imperialisme hanya akan menguntungkan mereka dan juga menguntungkan kaki tangannya didalam negeri (para borjuasi besar komperador, para-tuan tanah dan juga para kapitalis birokrat), dan secara pokok agenda mereka hanya akan merugikan rakyat, dan menghambat perjuangan land reform di Indonesia.

“Lawan Monopoli dan Perampasan Tanah, Wujudkan Kedaulatan Pangan”
Wujudkan Reforma Agraria Sejati dan Bangun Industri Nasional!
Lawan Liberalisasi-Bubarkan WTO!

Jayalah Perjuangan Rakyat Seluruh Negeri…!!!

KPOP AGRA – SULSEL
12 Next Page

Selasa, 29 Oktober 2013

Pemuda dan Mahasiswa Bersatulah!!




”Bangun Persatuan dan Solidaritas perjuangan pemuda Internasional-Lawan kebijakan neoliberal dan skema globalisasi imperialisme”
Tegakkan hak asasi dan kedaulatan rakyat-Bubarkan WTO!!

Dokumen Organisasi
Diterbitkan oleh: Departemen Pendidikan dan Propaganda
Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional (FMN)


Arus globalisasi terus menyebar dan telah mempengaruhi perkembangan Sosial,

Ekonomi, Politik dan Kebudayaan di berbagai penjuru dunia. kapitalisme monopoli Internasional (Imperialisme) sebagai fase akhir dari system kapitalisme sekarang ini, terus menyebarkan pengaruh dan memperkuat dominasinya diberbagai belahan dunia. Dengan watak dasarnya yang “Eksploitatif, Akumulatif dan Ekspansif” telah menciptakan kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, watak tersebut telah manifes dan semakin nyata ditunjukkan dari berbagai skema yang dijalankannya diberbagai Negeri. Hal tersebut terutama dalam upaya penyelematan diri dari gelombang krisis yang dihadapinya.

Dalam usaha untuk menyelesaikan krisisnya sekarang ini, kapitalisme monopoli telah menggunakan berbagai cara yang tidak terlepas dari intensifnya penghisapan terhadap rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini, seluruh instrumen dan mekanisme yang dimilikinya, kembali diintensifkan kian massif sebagai skema untuk terus melipatgandakan keuntungan diatas penderitaan rakyat. Salah satu dari seluruh skema tersebut yakni organisasi perdagangan dunia (WTO), yakni skema kerjasama perdagangan yang paling besar dan bahkan telah menjadi satu-satunya lembaga perdagangan internasional yang mengikat bagi negara-negara anggotanya.
 
Dengan kebijakan neoliberalisme yang dijalankan dibalik WTO, rakyat terus dijerat dengan berbagai bentuk liberalisasi. Rakyat diberbagai negeri ditimpakan dengan beban pajak yang terus meningkat, dilain sisi pencabutan subsidi public kian intensif, sementara itu pendapatan rakyat terus menurun. Desember 2013 mendatang, WTO telah menyiapkan diri untuk kembali melakukan konsolidasi setelah mengalami kebuntuan demi kebuntuan (deadlocks) atas sejumlah kesepakatannya disetiap putaran, khususnya Putaran Hong Kong 2008 silam. Pertemuan yang telah ditetapkan akan diselenggarakan di Bali, Indonesia secara spesifik akan membahas tentang “Agriculture, Trade facilitation dan, liberalisasi Jasa”.

Dari berbagai kebijakan dan kesepakatan yang telah ditetapkan selama ini, WTO telah membawa berbagai dampak buruk bagi rakyat disetiap sector diseluruh dunia. Demikian pula halnya dengan golongan pemuda yang sedikitpun tak terhindarkan dari musibah yang ditempakan oleh kapitalisme melalui skema perdagangan tersebut. Selain dampak yang dirasakan secara umum bersama rakyat disektor lainnya, pemuda secara khusus juga dihadapkan terutama dengan persoalan atas akses pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Dalam catatan panjang sejarah perkembangan masyarakat dunia, sejatinya pemuda telah terbukti menjadi salah satu kekuatan ampuh untuk perubahan sosial. Dengan semangat dan kehausannya atas ilmu pengetahuan yang tak pernah ada kata puas, pemuda telah membawa berbagai penemuan-penemuan dan inovasi baru untuk kemajuan umat manusia. Namun dilain sisi, dalam setiap perkembangan jaman pula, masa depan pemuda selalu dalam posisi yang kekurangan menjanjikan bagi pemuda itu sendiri. Dalam skema neoliberalisasi yang semakin Intensif, subjeknya sebagai pemuda dengan seluruh potensinya justeru telah direndahkan dan disalah gunakan.

Di mana pun di dunia ini, pemuda telah menjadi korban dari ”kerjasama-kerjasama” dan kooptasi kapitalisme selama ini. Secara khusus disektor pendidikan, melalui GATS-WTO kapitalisme monopoli telah menjalankan kebijakan pencabutan subsidi pendidikan sebagai programnya secara internasional. Akibatnya biaya pendidikan dari tahun ketahun semakin naik dan tidak terjangkau oleh rakyat. Pemerintah seluruh negeri nggota WTO telah meninggalkan tanggung jawabnya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan dapat diakses secara luas dan terbuka dengan melakukan deregulasi pendidikan yang diletakkan sebagai komoditas yang akan dijual oleh para pencatut (pemangkas), yakni intelektuil dan tenaga pendidik kaki tangan kapitalisme.

Perusahaan-perusahaan swasta juga memeras keuntungan berlipat dari sector dan pelayanan public yang seharusnya dibiayai oleh negara, seperti kesehatan, transportasi, dll. Sementara tenaga kerja diarena domestic untuk kebutuhan global masih terbatas, sehingga mandat sistem ekonomi dunia kemudian adalah memaksa migrasi dan ekspor tenaga kerja dengan komoditas utama yakni pemuda dan perempuan yang dapat dengan mudah disalahgunakan untuk perdagangan tenaga kerja dengan upah murah. Artinya bahwa, dibalik skema liberalisasi yang menjadi prinsip dasar dalam organisasi perdagangan global ini (WTO) adalah skema kebijakan neoliberalisme yang tidak berguna dan telah membawa dampak buruk yang menyakitkan bagi rakyat secara global, termasuk pemuda.

Dapat dibayangkan bahwa kebangkitan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melalui Konferensi Tingkat Menteri ke-9 nya di Bali, Indonesia pada bulan Desember mendatang, sebagai peringatan akan intensifikasi skema neoliberalnya bersama skema “perdagangan bebas” dan penindasan liberalisasi lainnya. Dengan demikian, ada tantangan besar bagi para pemuda dan mahasiswa untuk bersatu dengan sektor lain dan rakyat dari berbagai negara untuk melawan seluruh skema dan mekanisme-mekanisme baru imperialis untuk menindas seluruh bangsa di dunia.

Sejatinya kebangkitan WTO saat ini berbicara tentang keputusasaan imperialism AS untuk menjaga kepalanya yang tengah ter-apung akibat depresi besar dan krisis mematikan yang telah diciptakannya sendiri. Kebangkitan WTO kali ini adalah komitmen baru dari sistem ekonomi dunia untuk meng-kooptasi negara-negara berkembang guna mengembangkan pasar dan sekaligus menciptakan persamaan kerjasama antar kapitalis dan di antara Negara-negara pesaing kapitalis.

Namun demikian, pemuda dan seluruh rakyat tertindas didunia, bagaimanapun jua bukanlah sapi perah yang takut atas setiap penindasannya. Gerakan pemuda dalam beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan bukti kekuatan dan kemampuannya menarik kekuatan dari kemenangan-kemenangan dan keberhasilan perjuangan berbagai sektor dan bangsa didunia. Para pemuda diberbagai negeri diseluruh dunia telah melakukan pengorganisasian, diskusi-diskusi, pendidikan, konferensi-knferensi dan, serangkaian forum untuk memperdalam analisis mereka, belajar dari setiap pengalaman perjuangan masing-masing dan bersatu dalam meluncurkan kampanye untuk hak-hak demokratis mereka. Pemuda terus berduyun-duyun ke jalan untuk menuntut hak dasar mereka atas pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Di Kanada dan Chile misalnya, mahasiswa melancarkan serangan besar-besaran yang memobilisasi massa publik dalam skala luas, untuk melawan kenaikan biaya kuliah. Di Meksiko, pemuda mengorganisir aksi protes besar-besaran untuk menuntut pemenuhan atas hak-hak demokratis. Di Amerika serikat (AS), gerakan Occupy “wall street” yang didominasi oleh gerakan pemuda dan dikenal sangat fenomenal pada tahun 2011 lalu, telah dengan cepat segera menjalar menjadi Inpirasi gerakan rakyat diberbagai negeri. Pengalaman gemilang tersebut terus memicu aksi-aksi protes nasional menentang ketimpangan ekonomi, khususnya di AS sendiri.

Di seluruh Eropa, pemuda bersatu melawan langkah-langkah penghematan yang menyebabkan pengangguran besar-besaran. Di Timur Tengah, pemuda memobilisasi massa di jalan-jalan untuk menggulingkan pemerintahan diktator-nya. Di Filipina, pemuda melawan penggusuran masyarakat miskin perkotaan, pemotongan anggaran dan bahkan mengambil bentuk yang lebih tinggi dari perjuangan untuk pembebasan nasional. Di Indonesian dengan beragam konsolidasi, gerakan pemuda dan mahasiswa juga kian meluas melawan kebijakan privatisasi dan komersialisasi pendidikan, melawan repreifitas didalam lingkungan pendidikan serta ambil bagian dalam perjuangan rakyat melawan perampasan upah, tanah dan pekerjaan serta berbagai persolan sosial dan ekonomi rakyat lainnya.

Dengan demikian, kini dihadapan kita waktu tengah menantang kita untuk memperkuat persatuan dan memajukan perjuangan kita bersama, untuk membuka jalan bagi masa depan dimana terpenuhinya hak seluruh Rakyat. Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 di Bali Bulan Desmeber mendatang, berfungsi sebagai momentum yang tepat bagi para pemuda untuk menegaskan kembali komitmennya untuk memblejeti dan melawan setiap bentuk serangan neoliberal melalui gerakan protes massa dan aksi kolektif lainnya secara bergelombang demi gelombang.

Bangkitlah Kaum muda, bersatu dan berjuang Bersama!
Hidup pemuda mahasiswa!
Hidup Rakyat tertindas seluru dunia!
Jayalah Perjuangan Rakyat!
Jayalah Solidaritas Perjuangan Internasional!

Jakarta, 29 Oktober 2013
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (FMN)


L. Muh. Hasan Harry Sandy Ame
Sekretaris Jenderal

Senin, 21 Oktober 2013

Kampanye hari ketiadaan pangan

“LAWAN MONOPOLI DAN HENTIKAN PERAMPASAN TANAH – WUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN DENGAN LAND REFORM SEJATI”

Kerawanan pangan dunia telah dalam titik yang sangat menghawatirkan, tahun 2012 PBB melaporkan sekitar lima belas persen (15%) penduduk negara-negara miskin atau sekitar 850 juta mengalami kelaparan dan 15 juta penduduk di negeri maju mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk di ikuti dengan data sekitar 2,5 juta nakak-anak meninggal dalam setiap tahunnya akibat kelaparan dan gizi buruk.

Ironisnya, Fenomena kelaparan dan kerawanan pangan justeru di lihat sebagai peluang bisnis yang menggiurkan oleh para pembisnis yang monopoli pangan dunia untuk mengeruk keuntungan. Dalih menjaga keamanan pangan (food scurity) mereka membangun perkebunan pangan raksasa seperti proyek MEEFE (Merauke Entegraide Energi food estate) di Merauke, Papua. Sejak tuhun 2008 dimana krisis pangan mulai melanda dunia dan meningkatnya data statistik kelaparan tetapi disisi lain keuntungan perusahaan yang memonopoli pangan mengalami peningkatan margin keuntungan yang fantastis, tanpa malu-malu dan merasa berdosa mereka merilis peningkatan keuntungan bersih hingga 300%.

Pesticide Action Network (PAN), merilis saat ini ada enam perusahan pangan dunia - Monsanto, Bayer, Syngenta, Dow, DuPont, dan BASF - memonopoli benih dunia, pestisida dan industri bioteknologi, sehingga enam perusahan mengendalikan nasib makanan dan pertanian dunia. Akibatnya, petani kecil kehilangan kontrol mereka atas input pertanian, harga produk pertanian dan keuntungan dari perdagangan produk pertanian, hinga meengalami peningkatan perampasan tanah.

Untuk terus memastikan kontrol pangan dunia, melalui perusahaan raksasa miliknya, mereka semakan mengintensifkan melalui kebijakan neo-liberal dan dipaksakan keseluruh negeri, mereka memaksa negeri seperti Indonesia untuk menjalankan kebijakan liberalisasi perdagangan, investasi dan keuangan. Melalui bank dunia, mereka juga mempromosikan penyelsaian konflik akibat kebijakannya, dengan ilusi win-win solution dalam penyelesaian tanah secara global, mereka juga menyiapkan lembaga penyelesaian konflik lainnya seperti RSPO dimana lebaga ini merupakan ilusi bagi rakyat yang dibangun oleh mereka dan hanya ditujukan pencegahan atas semakin radikalnya perlawanan rakyat akibat kebijakan yang ditimbulkan.

Pertemuan APEC dibulan ini dan pertemuan WTO di bulan Desember mendatang, merupakan instrumen yang digunakan oleh kapital monopoli untuk memastikan dominasinya melalui berbagai perjanjian yang menguntungkan pihaknya.
                                                                                                
Harga Pangan Melonjak, Penghidupan Rakyat Makin Merosot
Belum lama ini harga pangan telah menembus angka yang sangat fantastis hingga mayoritas rakyat Indonesia harus mengurangi konsumsinya bahkan pada tingkat tidak sanggup untuk membeli beberapa jenis kebutuhan tertentu. Bagaimana tidak harga daging mencapai Rp.100.000-120.000/Kg, bahkan di bandung harga tembus Rp. 150.000/Kg pada tanggal 15 Juli 2013. Harga telor naik menjadi Rp. 25.000/Kg, daging ayam Rp. 34.000/Kg, harga bawang merah Rp. 63.000/Kg, cabe rawit Rp. 80.000 bahkan di daerah Sangat Kalimantan pernah mencapai Rp. 150.00/Kg, cabe kreting Rp. 70.000/Kg, harga beras juga mengalami kenaikan dari Rp. 9.100 menjadi Rp. 10.500/Kg kwalitas sedang atau medium10. Dan tentu harga dilapangan bisa melebihi data yang ada terlebih di pedesaan, tetapi tingginya harga pangan dipasaran sama sekali tidak memiliki hubungan dengan harga jual panen petani, petani tetap tidak menikmati kenaikan harga pangan, harga cabe rawit Rp. 20.000, cabe kriting Rp. 30.000.

Pernyataan pemerintah melalui menteri perdagangan Gita wiryawan, bahwa kenaikan harga pangan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, dampak kenaikan harga BBM dan naiknya biaya transportasi. Pernyataan ini bertolak belakang dengan pernyataan Hata Rajasa ketika mengumumkan kenaikan BBM bulan mei yang lalu, dimana pemerintah menjamin kenaikan harga BBM tidak akan mempengaruhi kenaikan harga-harga secara signifikan, pemerintah juga menjamin pasokan pangan mencukupi hingga akhir tahun ini.

Faktor kedua adalah karena adanya peningkatan permintaan pangan, ketiga pasokan pangan yang kurang, faktor lain adalah adanya espektasi/harapan pedagang yang ingin mendapatkan keuntungan lebih, selain itu pemerintah juga menyebutkan adanya kartel serta spekulan yang bermain di balik tingginya harga komoditas pangan. Untuk mengatasi problem kenaikan harga pangan tersebut pemerintah menetapkan beberapa kebijakan terutama : operasi pasar untuk menstabilkan harga, kebijakan fiskal untuk eksport dan import pangan serta mempercepat dan menambah kuota impor pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Melihat dari fenomena kenaikan harga pangan, terlihat jelas bagaimana lemahnya kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga pangan bagi rakyat. Hal ini seperti mengulang berbagai langkah pemerintah yang kemudian terbukti gagal, seperti saat kenaikan dan kelangkaan daging sapi sebelum kenaikan BBM yang kemudian di sikapi dengan cara menambah kuota dan mempercepat import daging sapi. Akan tetapi harga daging sapi tidak pernah kembali turun ke harga normal. Bahkan saat ini pedagang daging masih mengandalkan pasokan daging lokal di bandingkan import. Fakta ini menunjukan bagaimana langkah pemerintah untuk mengontrol harga pada hakikatnya tidak akan bisa menyelesaikan masalah tingginya harga pangan.

Penyebab tingginya harga pangan
Secara pokok penyebab utama dari kenaikan harga komoditas pangan adalah akibat terjadinya monopoli terhadap alat produksi pertanian, sarana produksi pertanian dan produk pertanian, serta pasar. Monopoli alat produksi (tanah) oleh para tuan tanah, baik secara langsung oleh imperialisme, Tuan tanah besaar komperador, maupuan negara telah menjadikan para tuan tanah ini menjadi pemegang kontrol atas pertanian hinga garha produk pertaniannya.

Monopoli produk pertanian dilakukan oleh perusahaan besar milik kapital monopoli dunia seperti mosanto, cargil, mulai dari bibit, pupuk, obat dll. Karena monopolinya misal mosanto dalam pertengahan tahun 2013 ini mengalami peningkatan keuntungan hinga 30% dari tahun 2012. Selain melakukan monopoli sarana produksi pertanian, para perusahaan besar dunia juga melakukan monopoli atas hasil produksi pertanian. komoditas pangan telah begitu menggiurkan kapitalis monopoli, sehingga mereka sangat bernapsu untuk terus mengembangkan modal dan investasinya di bidang komoditas pangan, mulai dari pengembangan pertanian skala besar hingga produksi bahan pangan dan pangan olahan (produk derivasi) yang mampu menghasilkan keuntungan berlipat ganda. Akibatnya tentu bisa dibayangkan, bagaimana jika kebutuhan sosial seperti pangan kemudian di kuasai oleh segelintir pihak, maka tentu mereka akan memiliki kemampuan untuk mengatur dan menetapkan harga dengan mudah sesuai dengan mekanisme yang diinginkan. Untuk terus memastikan keuntungannya maka mereka juga membutuhkan pasar. Untuk memastikan pasar dan untuk menguasai pasar mereka memaksa seluruh negara untuk membuka kran sebebas-bebasnya bagi produk yang dimonopolinya.

Liberalisasi perdagangan melalui WTO
WTO (World Trade Organization) adalah lembaga perdagangan dunia terbesar yang ada, WTO beranggotakan 124 negara termasuk Indonesia. WTO dibentuk pada tahun 1995 yang digunakan oleh imperialisme untuk memaksa negara-negara berkembang (jajahan-setengah jajahan) membuka pasarnya, menyediakan tenagakerja murah serta mendapatkan sumber daya alam untuk mengeruk keuntungan, perkembangan saat ini WTO digunakan sebagai salah satu skema penyelamatan dampak krisis dari sistem kapital monopoli.Dengan demikian WTO bukanlah satu-satunya alat bagi Imperialisme untuk mendominasi masalah perdagangan dunia, skema yang sama juga dibuat oleh AS dan negeri kapital monopoli lainnya melalui kerjasama bilateral seperti US Indo komperhenshif, multilateral seperti APEC, ASEAN, EAS comunity, WTO, G20, dll dan plulilateral seperti TPP (trans Pasific Partnership).

WTO akan mengelar pertemuan untuk menyepakati agenda-agenda perdagangan dunia pada bulan Desember mendatang di Bali. Sedangkan APEC akan digelar di bulan Oktober di tempat yang sama.Dalam agenada pembasan WTO di Bali nanti bulan Desember menunjukan betapa agresifnya AS dan negeri-negeri kapital monopoli/Imperialisme, setidaknya akan ada tiga pembahasan utama atau yang terkenal dengan agena “ Bali package” yang isinya pembahasan menganai Agricultur. Yang kedua LDC Issues (Least Developed Countries, dan ketiga Tentang Trade Fasilitation (fasilitas perdagangan).

Agenda pertemuan WTO di Bali memiliki kedudukan yang sangat pentng bagi Imperialisme, untuk melegitimasi seluruh perjanjian perdagangan dan membangun rezim perdagangan multirateral. dari tiga agenda pembahasan di Bali mendatang, yang dikenal dengan “Bali Package” Agrikultur merupakan bahasan yang tidak terlalu di kehendaki oleh negeri Imperialis seperti AS, proposal ini diajukan oleh negara berkembang yang dikenal dengan G33 dan Indonesia masuk didalamnya. Selin tidak menarik bagi AS karena tidak yang menjadi kepentingannya, dalam perjanjian WTO yang sudah ada bahwa subsidi telah ada peraturan pembatasan tidak boleh melebihi 10% dari seluruh biaya produksi pertanian, dan ini menghambat bagi pasar menurut AS, tetapi liciknya hingga saat negeri Imperialis tetap memberikan subsidi bagi pertaniannya sebesar eropa 110.3milyardolar dan di AS 48.3 milyar dolar.

Begitu juga proposal tentang LDC, proposal ini diajukan oleh negara-negara yang kategorinya sangat terbelakang, meraka mengajukan dihilangkanya batasan kuota dalam perdagangan, pembebasan biaya ekspor, adanya pengurangan subsidi petani kapas di amerika, mereka menuntut pelayanan yang lebih baik ketika melakukan ekspor.

Yang ketiga soal Trade Fasilitation merupakan agenda yang sangat penting bagi Imperialisme, mereka berkeinginan bahwa pasar tidak ada sama sekali hambatan dan distribusi barang biar lebih cepat, sederhana, efektif dan terkontrol, maka negara imperialis meminta agar seluruh negara malakukan perbaikan sistem dalam perbatasan, seperti pelabuhan, bandara dan lain sebagainya selain itu mereka juga menuntut adanya komputerisasi, dalam proses beacukai, hal ini ditujukan untuk mempercepat arus barang.

Dari seluruh agenda, yang akan dibahas bisa dipastikan agenda dari imperialisme yang akan tetap mendominasi, sebab negara berkembang dan terbelakang dibawah tekanan jika menolak dari kehendak impe maka, bantuan dan hutang menjadi ancaman untuk dihentikan, ini kedudukan WTO sebagai skema yang dimiki oleh Imperilaisme.

WTO dan kepentingan rakyat Indonesia
WTO merupakan skema negeri imperialis untuk mendominasi pasar dunia, dalam sektor pertanian AS berkepentingan untuk memonopoli seluruh sarana produksi pertanian, pasar dan termasuk alat produksi (tanah). Dengan demikian, skema dalam WTO sangat mengancam bagi kelangsungan dan masa depan kaum tani di Indonesia, skema ini akan semakin memassifkan perampasan tanah, semakin mahalnya biaya produksi dan semakin hancurnya harga produk pertanian di dalam negeri akibat dari liberalisasi produk pertanian. WTO juga akan mengancam tentang kedaulatan pangan di Indonesia. Karenanya skema imperialisme melalui WTO dan seluruh skema lainnya haruslah dihadang dan dilawan oleh rakyat Indonesia.

Sebab agenda Imperialisme hanya akan menguntungkan mereka dan juga menguntungkan kaki tangannya didalam negeri (para borjuasi besar komperador, para-tuan tanah dan juga para kapitalis birokrat), dan secara pokok agenda mereka hanya akan merugikan rakyat, dan menghambat perjuangan land reform di Indonesia.

“Lawan Monopoli dan Perampasan Tanah, Wujudkan Kedaulatan Pangan”
Wujudkan Reforma Agraria Sejati dan Bangun Industri Nasional!
Lawan Liberalisasi-Bubarkan WTO!

Jayalah Perjuangan Rakyat Seluruh Negeri…!!!

KPOP AGRA – SULSEL
Diberdayakan oleh Blogger.

Label 1

Label 2

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perjuangan Massa - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger