”Bangun Persatuan dan Solidaritas perjuangan pemuda Internasional-Lawan
kebijakan neoliberal dan skema globalisasi imperialisme”
Tegakkan hak asasi dan kedaulatan rakyat-Bubarkan WTO!!
Dokumen
Organisasi
Diterbitkan
oleh: Departemen Pendidikan dan Propaganda
Pimpinan Pusat Front Mahasiswa
Nasional (FMN)
Arus globalisasi terus menyebar dan telah mempengaruhi
perkembangan Sosial,
Ekonomi, Politik dan Kebudayaan di
berbagai penjuru dunia. kapitalisme monopoli Internasional (Imperialisme)
sebagai fase akhir dari system kapitalisme sekarang ini, terus menyebarkan
pengaruh dan memperkuat dominasinya diberbagai belahan dunia. Dengan watak dasarnya
yang “Eksploitatif, Akumulatif dan Ekspansif” telah menciptakan
kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan
sekarang ini, watak tersebut telah manifes dan semakin nyata ditunjukkan dari
berbagai skema yang dijalankannya diberbagai Negeri. Hal tersebut terutama
dalam upaya penyelematan diri dari gelombang krisis yang dihadapinya.
Dalam usaha untuk menyelesaikan krisisnya sekarang ini, kapitalisme
monopoli telah menggunakan berbagai cara yang tidak terlepas dari intensifnya
penghisapan terhadap rakyat diseluruh dunia. Dalam perkembangan sekarang ini,
seluruh instrumen dan mekanisme yang dimilikinya, kembali diintensifkan kian
massif sebagai skema untuk terus melipatgandakan keuntungan diatas penderitaan
rakyat. Salah satu dari seluruh skema tersebut yakni organisasi perdagangan
dunia (WTO), yakni skema kerjasama perdagangan yang paling besar dan bahkan
telah menjadi satu-satunya lembaga perdagangan internasional yang mengikat bagi
negara-negara anggotanya.
Dengan kebijakan
neoliberalisme yang dijalankan dibalik WTO, rakyat terus dijerat dengan
berbagai bentuk liberalisasi. Rakyat diberbagai negeri ditimpakan dengan beban
pajak yang terus meningkat, dilain sisi pencabutan subsidi public kian
intensif, sementara itu pendapatan rakyat terus menurun. Desember 2013
mendatang, WTO telah menyiapkan diri untuk kembali melakukan konsolidasi
setelah mengalami kebuntuan demi kebuntuan (deadlocks) atas sejumlah
kesepakatannya disetiap putaran, khususnya Putaran Hong Kong 2008 silam. Pertemuan yang telah ditetapkan akan
diselenggarakan di Bali, Indonesia secara spesifik akan membahas tentang “Agriculture,
Trade facilitation dan, liberalisasi Jasa”.
Dari berbagai kebijakan dan
kesepakatan yang telah ditetapkan selama ini, WTO telah membawa berbagai dampak
buruk bagi rakyat disetiap sector diseluruh dunia. Demikian pula halnya dengan
golongan pemuda yang sedikitpun tak terhindarkan dari musibah yang ditempakan
oleh kapitalisme melalui skema perdagangan tersebut. Selain dampak yang dirasakan
secara umum bersama rakyat disektor lainnya, pemuda secara khusus juga
dihadapkan terutama dengan persoalan atas akses pendidikan dan lapangan
pekerjaan.
Dalam catatan panjang sejarah perkembangan masyarakat
dunia, sejatinya pemuda telah terbukti
menjadi salah satu kekuatan ampuh untuk perubahan sosial. Dengan semangat dan
kehausannya atas ilmu pengetahuan yang tak pernah ada kata puas, pemuda telah
membawa berbagai penemuan-penemuan dan inovasi baru untuk kemajuan umat
manusia. Namun dilain sisi, dalam setiap perkembangan jaman pula, masa depan
pemuda selalu dalam posisi yang kekurangan menjanjikan bagi pemuda itu sendiri.
Dalam skema neoliberalisasi yang semakin Intensif, subjeknya sebagai pemuda
dengan seluruh potensinya justeru telah direndahkan dan disalah gunakan.
Di mana pun di dunia ini, pemuda telah
menjadi korban dari ”kerjasama-kerjasama” dan kooptasi
kapitalisme selama ini. Secara khusus disektor pendidikan,
melalui GATS-WTO kapitalisme monopoli telah menjalankan kebijakan pencabutan
subsidi pendidikan sebagai programnya secara internasional. Akibatnya biaya
pendidikan dari tahun ketahun semakin naik dan tidak terjangkau oleh rakyat.
Pemerintah seluruh negeri nggota WTO telah meninggalkan tanggung jawabnya untuk
memberikan pendidikan yang berkualitas dan dapat diakses secara luas dan
terbuka dengan melakukan deregulasi pendidikan yang diletakkan sebagai
komoditas yang akan dijual oleh para pencatut (pemangkas), yakni intelektuil
dan tenaga pendidik kaki tangan kapitalisme.
Perusahaan-perusahaan
swasta juga memeras keuntungan berlipat dari sector dan pelayanan public yang
seharusnya dibiayai oleh negara, seperti kesehatan, transportasi, dll.
Sementara tenaga kerja diarena domestic untuk kebutuhan global masih terbatas,
sehingga mandat sistem ekonomi dunia kemudian adalah memaksa migrasi dan ekspor
tenaga kerja dengan komoditas utama yakni pemuda dan perempuan yang dapat
dengan mudah disalahgunakan untuk perdagangan tenaga kerja dengan upah murah.
Artinya bahwa, dibalik skema liberalisasi yang menjadi prinsip dasar dalam
organisasi perdagangan global ini (WTO) adalah skema kebijakan neoliberalisme
yang tidak berguna dan telah membawa dampak buruk yang menyakitkan bagi rakyat
secara global, termasuk pemuda.
Dapat dibayangkan bahwa kebangkitan Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) melalui Konferensi Tingkat Menteri ke-9 nya di Bali, Indonesia
pada bulan Desember mendatang, sebagai peringatan akan intensifikasi skema
neoliberalnya bersama skema “perdagangan bebas” dan penindasan liberalisasi
lainnya. Dengan demikian, ada tantangan besar bagi para pemuda dan mahasiswa
untuk bersatu dengan sektor lain dan rakyat dari berbagai negara untuk melawan
seluruh skema dan mekanisme-mekanisme baru imperialis untuk menindas seluruh
bangsa di dunia.
Sejatinya kebangkitan WTO saat ini berbicara tentang
keputusasaan imperialism AS untuk menjaga kepalanya yang tengah ter-apung
akibat depresi besar dan krisis mematikan yang telah diciptakannya sendiri.
Kebangkitan WTO kali ini adalah komitmen baru dari sistem ekonomi dunia untuk
meng-kooptasi negara-negara berkembang guna mengembangkan pasar dan sekaligus
menciptakan persamaan kerjasama antar kapitalis dan di antara Negara-negara
pesaing kapitalis.
Namun demikian, pemuda dan seluruh rakyat tertindas
didunia, bagaimanapun jua bukanlah sapi perah yang takut atas setiap
penindasannya. Gerakan pemuda dalam beberapa tahun terakhir ini telah
menunjukkan bukti kekuatan dan kemampuannya menarik kekuatan dari
kemenangan-kemenangan dan keberhasilan perjuangan berbagai sektor dan bangsa
didunia. Para pemuda diberbagai negeri diseluruh dunia telah melakukan
pengorganisasian, diskusi-diskusi, pendidikan, konferensi-knferensi dan,
serangkaian forum untuk memperdalam analisis mereka, belajar dari setiap
pengalaman perjuangan masing-masing dan bersatu dalam meluncurkan kampanye
untuk hak-hak demokratis mereka. Pemuda terus berduyun-duyun ke jalan untuk menuntut hak dasar
mereka atas pendidikan dan lapangan pekerjaan.
Di Kanada dan Chile misalnya, mahasiswa melancarkan
serangan besar-besaran yang memobilisasi massa publik dalam skala
luas, untuk melawan kenaikan biaya kuliah. Di Meksiko, pemuda mengorganisir aksi protes besar-besaran untuk
menuntut pemenuhan atas hak-hak demokratis. Di Amerika serikat
(AS), gerakan Occupy “wall street” yang didominasi oleh gerakan pemuda dan
dikenal sangat fenomenal pada tahun 2011 lalu, telah dengan cepat segera
menjalar menjadi Inpirasi gerakan rakyat diberbagai negeri. Pengalaman
gemilang tersebut terus memicu aksi-aksi protes nasional menentang ketimpangan
ekonomi, khususnya di AS sendiri.
Di seluruh Eropa, pemuda bersatu melawan langkah-langkah
penghematan yang menyebabkan pengangguran besar-besaran. Di Timur Tengah,
pemuda memobilisasi massa di jalan-jalan untuk menggulingkan pemerintahan
diktator-nya. Di Filipina, pemuda melawan penggusuran masyarakat miskin
perkotaan, pemotongan anggaran dan bahkan mengambil bentuk yang lebih tinggi
dari perjuangan untuk pembebasan nasional. Di Indonesian dengan beragam
konsolidasi, gerakan pemuda dan mahasiswa juga kian meluas melawan kebijakan
privatisasi dan komersialisasi pendidikan, melawan repreifitas didalam
lingkungan pendidikan serta ambil bagian dalam perjuangan rakyat melawan
perampasan upah, tanah dan pekerjaan serta berbagai persolan sosial dan ekonomi
rakyat lainnya.
Dengan
demikian, kini dihadapan kita waktu tengah menantang kita untuk memperkuat
persatuan dan memajukan perjuangan kita bersama, untuk membuka jalan bagi masa
depan dimana terpenuhinya hak seluruh Rakyat. Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9
di Bali Bulan Desmeber mendatang, berfungsi sebagai momentum yang tepat bagi
para pemuda untuk menegaskan kembali komitmennya untuk memblejeti dan melawan
setiap bentuk serangan neoliberal melalui gerakan protes massa dan aksi
kolektif lainnya secara bergelombang demi gelombang.
Bangkitlah Kaum muda, bersatu dan
berjuang Bersama!
Hidup pemuda mahasiswa!
Hidup Rakyat tertindas seluru dunia!
Jayalah Perjuangan Rakyat!
Jayalah Solidaritas Perjuangan Internasional!
Jakarta, 29 Oktober 2013
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (FMN)
L. Muh. Hasan Harry Sandy Ame
Sekretaris Jenderal